Kamis, 19 November 2009


Kisah sebuah spidol, presiden dan seorang ayah…

Persiapan untuk pelaksanaan HANI (Hari Anti Narkoba Internasional) di istana sudah menjelang H-1, dengan agenda Presiden akan menandatangani sebuah prasasti sebagai simbol diresmikannya Klinik Narkoba di Pulau Sebaru tentu saja sebuah spidol emas sangat diperlukan untukpenandatanganan, kecil namun fatal apabila dilalaikan, malam itu tanggal 25 Juni pukul 08.15 telepon berbunyi dari salah satu atasanku dia meminta aku untuk mencarikan spidol untuk keperluan besok, namun setahuku spidol sudah dipersiapkan kenapa harus minta lagi? Ternyata susah mendapatkan spidol emas di kota tempat tinggal aku apalagi hari sudah malam, tanpa hasil aku putuskan untuk pulang, aku berterus terang kepada atasanku kalau aku tidak berhasil mendapatkan spidol emas, aku menceritakan kepada keluargaku betapa susahnya mencari spidol emas, ayahku yang sudah pensiun mencoba membantu mencarikannya, jauh beliau berkeliling menggunakan sepeda hingga ke jalan raya yang tentunya itu sangat membahayakan nyawa beliau akhirnya spidol itu dia dapatkan dengan peluh di sekujur tubuh tuanya. Atasanku menelepon kembali dan mengatakan bahwa dia telah membeli spidol emas untuk keperluan esok sehingga spidol yang aku beli otomatis tidak terpakai, sedih rasanya apabilah ayah tahu spidol yang dia beli tidak jadi dipakai orang nomor satu di negara ini, yah…akhirnya aku katakan spidol tidak akan dipakai untuk besok namun Ibuku tetap memaksa agar aku membawa spidol itu sebagai cadangan. Hari yang dinantikan akhirnya tiba juga dengan pakaian batik terbaikku aku langkahkan kakiku ke Istana Presiden yang menurutkan tidaklah terlalu besar dan megah seperti yang aku lihat di televisi, sebagai salah seorang panitia aku harus berkoordinasi dengan protokoler istana mengenai alat, perlengkapan dan orang yang memasuki istana, cukup repot memang, aku bertemu dengan atasanku dia memberikan spidol emas kepadaku dan memerintahkan untuk diserahkan ke pihak protokoler agar dapat diteliti keamanannya, wajah ayahku dengan peluh dan spidol ditangannya kembali melintas saat aku memberikan spidol pembelian atasanku, namun tuhan berkehendak lain 15 menit sebelum acara dimulai, pihak protokoler panik mencari aku dan atasanku dia mengatakan spidol yang telah diperiksa menghilang entah kemana, padahal spidol itu adalah spidol kedua yang kami berikan…dan keduanya hilang begitu saja, mana mungkin pihak protokoler dan paspanres bisa begitu teledor manangani satu buah spidol saja, ya…Tuhan firasat Ibuku ternyata benar spidol emas pembelian ayahku akan menjadi satu-satunya spidol yang akan dipakai Presiden untuk manandatangani sebuah Prasasti yang akan di taruh di Klinik sampai akhir zaman, tanpa peduli betapa jauhnya antara istana dan tempat parkir mobil aku berlari untuk mengambil spidol yang sengaja aku tinggal. Mungkin sebagian orang menganggap itu hal kecil yang biasa aja, namun buat aku itu adalah bentuk keajaiban Tuhan yang diberikan untuk Ayah dan keluarga, keesokan harinya media tulis dan cetak banyak mengekspose gambar RI 1 yang sedang menandatangani prasasti menggunakan spidol yang dibeli ayah, betapa bangganya beliau……..thanks for everything Papa, Mama and Sister….I love you all…you are my true miracle

July 1, 2008 - Posted by Rika Motota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar